Minggu, 10 Juli 2011

Sejarah Rubu' Mujayyab


RUBU’ MUJAYYAB
                                   
A.    Pendahuluan
Ilmu falak, sebagai sebuah ilmu yang sudah tumbuh berkembang sejak lama masih dipandang kurang mengakar dalam bangunan ilmu-ilmu yang ada. Kelangkaan literatur sebagai sumber kajian, membuat ilmu falak tertinggal dan kurang digandrungi ilmuan muslim. Di lain sisi ilmu falak merupakan ilmu yang sudah tua yang dikenal oleh manusia. Bangsa- bangsa Mesir, Mesopotomia, Babilonia, dan Tiongkok, sejak abad ke- 20 SM telah mengenal dan mempelajari ilmu perbintangan ini.
            Pada zaman dahulu ilmu falak dikenal juga dengan Ilmu Nujum yang digunakan untuk meramal berlakunya peristiwa atau nasib. Di kalangan Sarjana Islam, Ilmu Bintang dibagi dua bagian yaitu :
a.       Ilmu Tabi’ie (sains) yang membahas kedudukan bintang-bintang, pergerakannya dan ketentuan-ketentuan gerhana matahari dan bulan.
b.      Ilmu yang membahas perhubungan pergerakan bintang-bintang dengan kelahiran, kematian, kebahagiaan dan kecelakaan, hujan, kesehatan dan lain-lain. 
Ilmu yang pertama tadi dinamakan ilmu falak (Astronomi) dan ilmu yang kedua dinamakan Ilmu Astrologi (tanjim/nujum). Secara umum ilmu falak boleh diartikan sebagai ilmu yang membicarakan tentang matahari dan bintang-bintang yang beredar, besar kecilnya, jauh dekatnya dari matahari atau juga tentang cakrawala langit, gaya yg bekerja padanya, kedudukan pergerakannya dan lain-lain fenomena yang berkaitan.
Orang-orang Arab pada zaman dahulu pun mengetahui kedua bidang ilmu ini bahkan sejak zaman Jahiliah. Mereka memperolehi ilmu ini dari Yunani/Greek, Parsi, India dan Kaldan. Kemudian ilmu ini diwariskan kepada orang-orang Islam setelahnya.
Umat Islam pertama kali terlibat secara aktif dibidang Ilmu Sains termasuk ilmu falak pada zaman Kerajaan Umaiyah dan Abbasiah. Di zaman Umaiyah tokoh ilmu falak yang terkenal ialah Khalid bin Yazid Al-Amawi (meninggal 85H). Beliau dikenal dengan nama Hakim Ali Marwan. Beliau dianggap orang pertama yang menterjemahkan buku-buku termasuk buku-buku mengenai ilmu Bintang pada pertengahan kurun ke-4 Hijrah didapati dalam Perpustakaan Kaherah sebuah globe dari tembaga karya Batlamus yang ditulis kata-kata bahwa globe itu disediakan untuk Khalid bin Yazid.
Mohammad Al-Fazari merupakan orang Islam yang pertama mencipta astrolabe (jam matahari untuk mengukur tinggi dan jarak bintang). Buku ini telah disalin ke bahasa Latin pada abad pertengahan oleh Johannes de Luna Hispakusis. Buku terjemahan ini telah digunakan oleh universitas-universitas Eropa untuk mengejar Ilmu Bintang. Dari sinilah orang barat pertama kali mengetahui benda- benda langit di cakrawala. Selanjutnya perkembangan peralatan maupun instrumen pendukung dalam observasi ilmu falak berkembang kian pesat mulai dari astrolobus, kuadran, bencet, armillry sphere dan masih banyak yang lainnya. Pada makalah ini pemakalah akan membahas tentang Rubu’ Mujayyab.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami jelaskan dalam makalah ini antara lain yaitu ;
  • Sejarah  Rubu’ Atau Kuadran
  • Bagian-bagiannya
  • Serta fungsi dan jenis-jenisnya.

C.    Pengertian Rubu’
Kata Rubu’  berarti (seperempat), dalam istilah astronomi disebut dengan kuadran (quadrant). Rubu’ Mujayyab dapat juga diartikan sebagai alat hitung astronomi untuk memecahkan permasalahan segitiga bola dalam astronomi[1]. Di dalam Ensiklopedi Hisab Rukyah, yang dimaksud dengan Rubu’ Mujayyab adalah suatu alat yang bebentuk seperempat lingkaran ( 900 ) yang digunakan untuk menghitung fungsi geniometris yang sangat berguna untuk memproyerksikan perdaran benda-benda langit pada lingkaran vertikal.[2]
Dengan kata lain, Kuadran ini merupakan Salah satu instrumen awal astronomi, yaitu suatu alat yang digunakan untuk menghitung ketinggian bintang di atas cakrawala atau alat untuk menghitung fungsi giniometris yang sangat berguna untuk memproyeksikan peredaran benda langit pada lingkaran vertical.[3]
Sebelum dikenal daftar logaritma, perhitungan ilmu falak dilakukan dengan rubu’ ini. Sehingga buku-buku ilmu falak yang ditulis pada  tahun 1930-an, seperti  Badi’atul missal, dan Attaqribul Maqshad, system perhitungannya masih menggunakan rubu’[4].


D.    Sejarah Rubu’
Awal mula munculnya rubu’ ini pada kurun ke-14 M, oleh Ibn Al-syatir, beliau adalah seorang ahli falak Syria, Beliau ini telah menciptakan rubu' mujayyab yang disifatkan sebagai peralatan yang mengandung grid trigonometri sejagat. Dimana Kuadran adalah merupakan salah satu alat  sederhana yang digunakan untuk mengukur astronomi, navigasi, dan survei.[5]
Kuadran mengakui sisi namanya dengan kemampuan untuk mengukur waktu seperempat lingkaran dengan menggunakan trigonometri bulat, yang kemudian rembang jarak dapat digunakan untuk menghitung bintang angkasa bujur dan lintang. [6] Nama kuadran ini bersal dari fourth bagian atau seperempat dari bagian.
Awal astronom digunakan sebagai jenis alat untuk mempelajari langit. Namun pada dasarnya adalah alat untuk mengukur atau menghitung posisi benda di langit. Dengan mereka (astronom) bintang-bintang dipetakan yang dibuat untuk memprediksi masa depan posisi matahari, bulan, dan planet.[7] Pengetahuan ini sangat penting, karena langit menjabat sebagai jam, kalender, dan bantuan navigasi untuk membantu mereka (para pelaut). Alat ini hanya digunakan oleh para imam untuk mengatur waktu untuk agama observances dan ahli untuk melemparkan horoscopes.
 Di sekitar tahun 1650, Peter Ifland mengoleksi rubu’ tersebut yang di tempat yang diberi nama “ The Mariners' Museum “ . Beliau banyak menggunakan alat ini sebelum pergi ke laut yakni untuk membantu navigators. Untuk navigasi laut, contoh-contoh paling awal yang ditemukan di sekitar 1460. Mereka tidak lulus dalam derajat tetapi mempunyai latitudes yang paling umum tujuan langsung scribed pada anggota tubuh. Ketika digunakan, navigator yang akan berlayar utara atau selatan sampai kuadran ditunjukkan dia di lintang dari tujuan, berbelok ke arah tujuan dan berlayar ke tempat tujuan mempertahankan program studi dari lintang konstan. Setelah 1480, lebih dari instrumen dibuat dengan limbah lulus dalam derajat.
Koleksi-koleksi rubu’nya adalah :

Quadrant

The Mariners' Museum (1650)


Diagram kuadran, La Geografia di Clavdio Ptolemeo, 1548, Dari Library di The Mariners' Museum G87.P9.m4.1548
Kuadran, A New Collection of Voyages, Discoveries dan Travels: Berisi Apapun yang diutus Notice di Eropa, Asia, Afrika, dan Amerika, 1767, Dari Library di The Mariners' Museum G160.K75
Para Astrolog  menggunakan kuadran ini untuk membantu menentukan gerhana matahari atau ramalan nasib seseorang dengan bantuan dari bintang-bintang. Alat ini  adalah sebuah perangkat untuk mengukur tajam ketinggian bintang atau matahari. Surveyors dapat menggunakannya untuk mengukur ketinggian sebuah bangunan atau gunung. Ia bahkan digunakan untuk membantu meriam yang bertujuan untuk memukul sebuah benteng musuh. Dan untuk sailor, alat  tersebut pertama kali digunakan untuk mengukur ketinggian Polaris yang ada  di Kutub star. Sementara awal didokumentasikan (ditulis) penggunaan kuadran di laut yaitu pada  pertengahan tahun 1400s, telah digunakan dengan baik oleh ahli-tanah surveyors. Hal ini menjadi penting bagi Eropa ketika Age of Exploration dimulai pada awal 1400s.
Namun yang paling terkenal di Eropa, bahwa kuadran atau rubu’ ini dibangun oleh Tycho Brahe di abad 16.[8] Sebagai bagian dari grand observatorium yang didukung oleh Raja Denmark. Rubu’  ini adalah salah satu proyek lokakarya ditahun 1998, "Medieval Ilmiah dan Philosophical Instrumen." Quadrants digunakan untuk mengukur altitudes dari objek celestial dan terutama berguna untuk pemetaan langit. Mereka terdiri dari peninjauan perangkat terpasang pada seperempat lingkaran, atau kuadran yang berukir dengan tanda-tanda derajat. Quadrants berkisar dalam ukuran kecil dari tangan  atau tabel-mount versi besar mural quadrants terpasang di dinding.
Rubu atau kuadran merupakan astrolobus yang disederhanakan. Perputaran harian yang terlihat pada ruang angkasa disimulasikan dengan gerakan benang tegangan yang berpusat dialat ini. Dengan sebuah manik-manik yang bergerak pada benang keposisi yang berhubungan dengan matahari atau bintang tertentu. Posisi tersebut dibaca pada tanda-tanda dalam kuadran atau rubu’. Maka benang dan manik-manik menggantikan rete pada astrolobus. Sehingga kuadran ini lebih mudah digunakan dari pada astrolobus.[9]
E.     Bagian-Bagian dari Kuadran [10]
1)      Qous (busur)
Yaitu bagian yang melengkung
2)      Jaib (sinus)
Yaitu sisi tempat menginca, yang memuat skala yang mudah terbaca berapa sinus dari tinggi suatu benda langit yang dilihat.
3)      Jaib at-tamam[11]
Yaitu yang memuat skala-skala yang mudah terbaca berapa cosinus dari tinggi benda tersebut.
4)      Awwalu al-qous
Yaitu bagian busur yang berimpit dengan sisi jaib at-tamam.
5)      Akhiru al-qous
Yaitu bagian busur yang berimpit dengan jaib
6)      Hadafah
Yaitu lubng untuk mengincar.
7)      Markaz[12]
Yaitu titik sudut siku-siku, pada sudut ini terdapat lubang kecil untuk dimasuki tali yang biasny dibuat dari benang sutera.
8)      Muri
Yaitu simpulan benang yng dapat digeser.
9)      Syakul
Yaitu ujung tali yang diberi beban yang terbuat dari metal. Apabila seseorang mengincar suatu benda langit maka syaqul itu bergerak mengikuti gaya tarik bumi, dan terbentuklah sebuah sudut yang dapat terbaca pada suatu qous, berapa tingginya benda tersebut.

F.     Fungsi dan Jenis-Jenis  Kuadran
a)  Kuadran gading[13]
Kuadran gading adalah sebuah kuadran yang terbuat dari gading yang halus. Bukannya kuningan yangseperti biasanya atau kayu. Kuadran ini memilliki dua garis lintang. Perangkat tanda standar dibagian depan berguna untuk  garis lintang kairo, sedangkan bagian luar, perangkat nonstandar berguna untuk garis lintang Damaskus. Bagian belakang alat ini memiliki kisi-kisi  standar yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah geometri secara numerik. Kuadran juga memiliki penandaan tak lazim yang dirancang oleh Ibn Al-Sarraj, beliau adalah seorang astronom pada abad ke-14 yang membuat astrolobus universal.
b) Kudran kuningan [14]
Kuadran kuningan ini memiliki kisi-kisi sinus standar untuk melakukan fungsi trigonometri. Kisi-kisi ini pada abad pertengahan sebanding dengan penggaris geser yang ada pada saat ini. Bagian belakang dari alat ini memiliki penandaan menarik yang mungkin tidak lengkap. Lingkaran luar kemungkinan menunjukkan ekuator langit. Lingkaran terkecil tidak diberi tanda dan tidak memiliki fungsi yang jelas.
Kuadran geometris yang merupakan seperempat lingkaran biasanya panel dari kayu atau kuningan. Tanda-tanda di permukaan mungkin akan dicetak di atas kertas dan disisipkan ke kayu atau dilukis langsung di permukaan.
c)  Mural quadrants used for measuring the altitudes of astronomical objects. Mural quadrant
     Yaitu digunakan untuk mengukur altitude dari obyek-obyek astronomi.
d) Large frame-based instruments used for measuring angular distances between astronomical objects. Bingkai besar berbasis instrumen tajam
Yaitu yang digunakan untuk mengukur jarak antara objek-objek          astronomi.
e)  Geometric quadrant used by surveyors and navigators . Kuadran geometris
yaitu yang digunakan oleh survey dan navigator.

f)   Davis quadrant a compact, framed instrument used by navigators for measuring the altitude of an astronomical object. Davis kuadran yang kompak
Yaitu frame yang digunakan oleh navigators instrumen untuk mengukur ketinggian suatu obyek astronomi.
g)  The sine kuadran 
Dipakai untuk memecahkan masalah trigonometrika: quadrants ini, dikembangkan di Baghdad pada abad kesembilan dan merata sampai abad ke sembilan belas, terdiri dari grafik seperti kertas-kotak pada satu sisi yang digunakan untuk memecahkan masalah kompleks trigonometrika.A cord was attached to the centre of the quadrant with a bead at the end of it. kabelnya telah terpasang ke pusat dari kuadran dengan titis pada akhir tahun ini. They were also sometimes drawn on the back of astrolabes. Mereka juga kadang-kadang diambil di belakang astrolabes. [15]
h) The universal (shakkāzīya) quadrant – used for solving astronomical problems for any latitude: These quadrants had either one or two sets of shakkāzīya grids and were developed in the fourteenth century in Syria. Universal (shakkāzīya) kuadran[16]
Astronomis yang digunakan untuk memecahkan masalah bagi setiap lintang: quadrants ini memiliki satu atau dua set shakkāzīya grids dan dikembangkan di abad keempatbelas di Syria. Some astrolabes are also printed on the back with the universal quadrant like an astrolabe created by Ibn al-Sarrāj. Beberapa astrolabes juga tercetak di bagian belakang dengan kuadran universal seperti astrolabe yang dibuat oleh Ibnu al-Sarrāj.
i)    The horary quadrant – used for finding the time with the sun: The horary quadrant could be used to find the time either in equal or unequal (length of the day divided by twelve) hours. Kuadran yang berlangsung satu jam
Digunakan untuk mencari waktu dengan matahari: kuadran yang berlangsung satu jam dapat digunakan untuk mencari waktu yang sama baik atau tidak adil (panjang hari dibagi dua belas) bulan. Different sets of markings were created for either equal or unequal hours. Berbeda set tanda-tanda yang dibuat untuk salah satu hari yang sama atau tidak adil. For measuring the time in equal hours, the horary quadrant could only be used for one specific latitude while a quadrant for unequal hours could be used anywhere based on an approximate formula. Untuk mengukur waktu yang sama di hari, yang berlangsung satu jam kuadran hanya dapat digunakan untuk satu spesifik lintang sementara kuadran jumplang jam untuk dapat digunakan di mana saja berdasarkan perkiraan rumus. One edge of the quadrant had to be aligned with the sun, and once aligned, a bead on the end of a plumbline attached to the centre of the quadrant showed the time of the day. Salah satu ujung dari kuadran harus aligned dengan matahari, dan sekali aligned, seorang titisan pada akhir terpasang tali pengukur tegak lurus ke pusat kuadran yang menunjukkan waktu dalam sehari.
j)   The astrolabe/almucantar quadrant – a quadrant developed from the astrolabe: This quadrant was marked with one half of a typical astrolabe plate as astrolabe plates are symmetrical. The astrolabe atau almucantar kuadran[17]
Kuadran yang dikembangkan dari astrolabe. Kuadran ini telah ditandai dengan satu setengah dari yang khas astrolabe piring piring sebagai astrolabe adalah simetris. A cord attached from the centre of the quadrant with a bead at the other end was moved to represent the position of a celestial body (sun or a star).  kabelnya terpasang dari pusat dari kuadran dengan titis di ujung yang lain telah dipindahkan ke posisi mewakili sebuah benda angkasa (bintang atau Minggu). The ecliptic and star positions were marked on the quadrant for the above. The ecliptic dan posisi yang bertanda bintang di kuadran di atas. It is not known where and when the astrolabe quadrant was invented, existent astrolabe quadrants are either of Ottoman or Mamluk origin, while there have been discovered twelfth century Egyptian and fourteenth century Syrian treatises on the astrolabe quadrant. Hal ini tidak diketahui di mana dan bila telah invented astrolabe kuadran, wujud astrolabe quadrants adalah salah satu dari Usmani atau Mamluk asal, sementara di sana telah ditemukan abad kedua belas abad keempat belas Mesir dan Syria treatises di kuadran astrolabe. These quadrants proved to be very popular alternatives to astrolabes. Kuadran ini menjadi sangat populer alternatif untuk astrolabes.

G.    Macam – macam bentuk rubu’

Versions from 5000BC-to 500AD Versi dari 5000BC ke-500AD

Jenis kuadran ini lebih tua dari sejarah dan digunakan Mariners instrumen untuk navigasi Dicap oleh ekspansi dari Rum, archetypal instrumen ini akan kembali ke waktu ketika bangsa pengembara planets berlayar di lautan dengan stars.It terakhir terlihat hidup di tangan "Celtic" bangsa di Eropa Barat seaboards sampai 500AD walaupun ada bukti yang ada di antara desain yang Amerindian Civilisations di Amerika sehingga mereka hancur dan mereka obliterated oleh Conquistador dalam AD Abad 16.

2170BC
Versi ini salib telah diidentifikasi oleh penulis sebagai perangkat yang digunakan oleh arsitek, ahli nujum untuk menyesuaikan Great Pyramid of Giza ke circumpolar bintang. Dengan tongkat berukuran 90 centimeter, perangkat ini adalah akurat sampai 3 menit arc atau 3 mil laut. Ia adalah satu-satunya jenis perangkat yang dapat sudut lerengan logis desain dan survei yang pyramids.The Pengarang telah menemukan satu di Great Pyramid of Giza.

Ditemukan pada awal Abad keduapuluh, Instrumen yang telah ditemukan di sebuah kapal karam oleh penyelam dari off the Antikethera pulau Yunani. Ia tanggal oleh tembikar ditemukan bersama dalam kapal terus.





                    
Kuadran yang terbuat dari emas' dijelaskan antara barang kapel di Richard II inventaris tampaknya menyerupai sebuah sepuhan kuningan kuadran di British Museum. merupakan instrumen dengan berbagai skala dan tanda-tanda yang memungkinkan pengguna untuk memberitahu waktu dari ketinggian matahari. Ketika diadakan tegak sehingga sinar matahari baik melalui pengamatan-vanes (tindik logam kecil di The Edge protrusions dari kuadran) urutan slide akan sepanjang skala dan datang ke tempat di posisi tertentu. Here the time can be read. Di sini waktu dapat dibaca. Jenis instrumen ini dikenal dari abad keempatbelas dan seterusnya sehingga masih relatif baru pembangunan pada waktu Richard II. Instrumen dari jenis ini adalah langka dan akan berharga mahal dan harta benda.
500BC-1700AD
Instrumen ini telah digunakan oleh Yunani, Muslim dan kemudian Eropa sebagai perangkat untuk pengamatan astronomi astronomi / perbintangan dan navigasi. Satu di dalam gambar itu hung di laberang dari kapal. Lubang yang dalam Mariners astrolabe ini adalah untuk mengurangi windage.



Kuadran adalah perangkat untuk mengukur sudut yang digunakan oleh Yunani, Islam dan Eropa dini untuk astronomi / perbintangan dan navigasi. Namanya berasal dari fouth bagian atau seperempat dari lingkaran. Celtic lintas yang merupakan lingkaran lengkap, lebih awal dan lebih efisien.

Octant yang telah dibuat dari awal di kuadran pada abad 17 dan digunakan untuk navigasi. Itu adalah alat pertama untuk menggunakan sebuah mirror untuk mengurangi termasyhur tubuh ke cakrawala, dispensing dengan tali pengukur tegak lurus. Namanya diambil dari segi delapan, atau delapan bagian dari lingkaran. Hal ini umumnya dibatasi untuk mengukur verticle inclines dan tidak bisa langsung menemukan cakrawala di darat.

H.    Kesimpulan
o     Awal mula munculnya rubu’ ini pada kurun ke-14 M, oleh Ibn Al-syatir, beliau adalah seorang ahli falak Syria. Beliau ini telah menciptakan rubu' mujayyab yang disifatkan sebagai peralatan yang mengandung grid trigonometri sejagat.
o     Ilmu falak sendiri adalah ilmu yang membahas tentang lintasan benda-benda langit, matahari, bulan, bintang dan planet -planetnya.
o     Kuadran adalah jenis alat untuk mempelajari langit. Yang pada dasarnya adalah alat untuk mengukur atau menghitung posisi benda di langit. Dengan mereka (astronom) bintang-bintang dipetakan yang dibuat untuk memprediksi masa depan posisi matahari, bulan, dan planet.
o     Sedangkan bagian-bagian dari kuadran yaitu ; Qous (busur), Jaib (sinus), Jaib at-tamam, Awwalu al-qous, Akhiru al-qous, Hadafah, Markaz, Muri, Syakul.

I.       Penutup
Demikian penjelasan dalam makalah ini. Sebagai manusia biasa tentunya masih banyak kekurangan dalam penulisannya, maka kami mohon saran dan kritik yang konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Dan semoga apa yang telah kami paparkan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin…



.
DAFTAR PUSTAKA

Azhari, Susiknan. Ensklopedi Hisab Rukyat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Azhri, Susiknan. Ilmu Falak. Yogyakarta : Suara Muhammadiyah.

Cylist, Boarden, Astronomical Ingrediens, Britania Raya: Oxford, 1987

Howard. Sains Islam yang Mengagumkan. Bandung : Yayasan Nuansa Cendekia.
Khazin, Mukhyiddin. Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta : Buana Pustaka.

Madrasah Salafiyah Al Falah, Tibyanul Miqot fi Ma’rifah Al auqot wal Qiblah, Ploso, Kediri.  

Muh. Ma’shum  bin Ali, Terjemahan Durusul falakiyah, Nganjuk: Ponpes Daarussalam

Norden, Flanelly, Historycal Astronomy, Thailand : Mahidol University, 2006

Plagh, Mest, Quadrant Motion, Matarra: Cambridge, 2009

http://byss.uoregon.edu/ast122/lectures/lec0.7html.
http://images.google.co.id/imgres?imgurl
http://www.aip.quadrant .com



http://www.daviddarling.info/encyclopedia/qudrant.com


[1] Hendro Setyanto, Rubu’ Mujayyab, Jawa Barat: Pundak Saintifik, 2002, hal. 1
[2]  Susiknan, Azhari, Ensklopedi Hisab Rukyat.( Yogyakarta : Pustaka Pelajar), 2005, hal. 129
[3] Ibid, hlm.181-182
[4] Muhyiddin, Khazzin, Ilmu Falak Dalam Teori Dan Praktik. (Yogyakarta : Buana Pustaka).hlm. 18
[5] http://images.google.co.id/imgres?imgurl
[6] http://www.daviddarling.info/encyclopedia/qudrant.com
[7] http://www.airandspace.si.edu/exploretheuniverse/images/2001
[8] http://byss.uoregon.edu/ast122/lectures/lec0.7html.
[9] Howard, Sains Islam yang Mengagumkan. ( Bandung : Yayasan Nuasansa Cendekia). 111
[10] Ibid. hlm. 182
[11] Muh. Ma’shum  bin Ali, Terjemahan Durusul falakiyah, Nganjuk: Ponpes Daarussalam
[12] Madrasah Salafiyah Al Falah, Tibyanul Miqot fi Ma’rifah Al auqot wal Qiblah, Ploso, Kediri.  
[13] Ibid. 113
[14] 0p.cit. 114
[15] http://www.humboldt,edu/rpi 1/Erlyscientsite/instruments/Quadrants.ESI
[16] http://www.daviddarling.info/encyclopedia/quadrant.html.
[17] http://www.aip.quadrant .com

2 komentar:

Unknown mengatakan...

assalamu'alaikum..
tulisan yang bagus,,
izin copy y,,
utk bahan kul,,
terimakasih banyak..

Khadapi mengatakan...

Terima kasih.


Pengantar Ilmu Falak

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktop