Minggu, 10 Juli 2011

Menelaah Kembali Teori Heliosentris



Pada zaman Yunani kuno ada dua teori mengenai peredaran planet-planet ialah teori Geosentris yang dikemukakan oleh Aristoteles (384-322 sebelum Kristus) dan teori Heliosentris yang dikemukakan Aristarchus. Pada zaman Yunani kuno kedua teori ini saling bersaingan.
Bagi rakyat "biasa" dianggap bahwa teori Geosentris lebih realistis. Geo=bumi sentris=pusat. Mungkin pandangan ini sudah berlaku dari zaman Adam dan Hawa, manusia pertama yang hidup dibumi. Sampai sekarangpun kita masih menggunakan teori Geosentris dalam percakapan sehari-hari. Bukankah kita mengatakan: "Bangun anak-anak, matahari sudah tinggi". Atau: "Pemandangan dipantai itu sangat indah waktu matahari tenggelam". Kinipun pada umumnya kita menganggap bumi yang diam dan matahari yang berputar mengelilingi bumi.
Pada abad pertengahan (abad 12 s/d 15) orang-orang di-Eropa Barat sangat mendukung Aristoteles. Apa saja yang dikatakan Aristoteles dianggap mutlak benar. Dan Aristoteles mengatakan bahwa bumi adalah pusat alam semesta.
Berdasarkan pendapat Aristoteles diatas, serta pandangan rakyat "biasa" pada umumnya gereja mengambil alih pandangan ini. Teori Geosentris dianggap mutlak benar.
Pada tanggal 19 Pebruari 1473 Copernicus lahir di-Torun, Polandia. Copernicus hidup pada peralihan zaman abad pertengahan dan zaman pencerahan (renaissance). Copernicus kemudian jadi biarawan, tetapi ia juga sangat tertarik pada astronomi. Dengan alat-alat yang sangat sederhana yang ada waktu itu, Copernicus mempelajari gerakan-gerakan matahari, planet-planet dan bintang-bintang. Tentu saja ia juga mempelajari astronomi zaman Yunani kuno. Ia menarik kesimpulan bahwa kalau matahari yang dianggap diam dan bumi serta planet-planet yang dianggap mengelilingi matahari, lebih mudah prediksi gerakan-gerakan benda-benda dilangit. Ia menggali ulang teori Aristarchus dan menulis sebuah buku. Copernicus tahu betul betapa bahayanya mengeluarkan suatu pendapat yang bertentangan dengan pendapat gereja apalagi pendapat Paus waktu itu.
Selama 30 tahun ia simpan bukunya ditempat yang terkunci, menambah pengamatan baru disana-sini. Tetapi akhirnya ia putuskan untuk menerbitkannya juga. Pada tanggal 24 Mei 1543, pada saat contoh bukunya diperlihatkan kepadanya, Copernicus menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Gereja Katolik Roma tidak memberikan reaksi sampai 70 tahun kemudian. Tetapi gereja Protestan mulai dengan Martin Luther memberikan reaksi yang sangat keras.
Galileo Galilei dilahirkan pada tahun 1564 dikota Pisa di-Italia. Galileo menjadi pendukung teori Copernicus. Pada tahun 1616 Galileo diperingatkan agar jangan mendukung teori Heliosentris dari Copernicus. Pada tahun 1632 Galileo menerbitkan bukunya yang diberi judul: "Dialogue concerning the two chief systems of the world". Pada musim dingin tahun 1633 ia dipanggil ke-Roma untuk menghadapi komite inkwisisi dari gereja Katolik Roma. Setelah ditahan dan dibentak-bentak selama berbulan-bulan pada tanggal 22 Juni 1933 ia diajukan kepengadilan. Waktu itu umurnya sudah 70 tahun dan sakit-sakitan. Dalam keadaan tua, sakit dan letih ia bersedia menarik kembali dukungannya kepada teori Copernicus sambil berlutut. Ia tidak jadi dihukum mati tetapi dikenakan tahanan rumah. Pada tahun 1642 Galileo meninggal dunia dalam status tahanan rumah. Pada tahun yang sama lahir Isaac Newton.
Pengamatan-pengamatan astronomis kemudian makin lama makin banyak yang mendukung teori Heliosentris. Para rohaniwan baik Katolik Roma maupun Protestan menjadi salah tingkah. Rohaniwan generasi abad ke-18 menyalah-nyalahkan para Rohaniwan abad ke-16 dan 17. Mereka kemudian kompromi dengan teori Heliosentris Aristarchus / Copernicus / Galileo.
Apakah teori Heliosentris mutlak benar? Perlukah para rohaniwan mengutuk atau kompromi dengan teori Heliosentris? Mari kita pelajari hal ini lebih dalam dan lebih terperinci.
Astronomi terus berkembang. Pengamatan-pengamatan terhadap benda- benda dilangit makin lama makin bertambah. Teori Heliosentris dari Copernicus pada abad ke-16 pun telah direvisi orang beberapa kali. Copernicus berpendapat bahwa matahari adalah pusat alam semesta. Bumi berputar pada sumbu bumi dan berputar mengelilingi matahari. Planet-planet juga berputar mengelilingi matahari. Bintang-bintang lebih jauh sedikit dari planet-planet terhadap matahari dan tetap ditempatnya. Tetapi pengamatan lebih jauh menunjukkan bahwa memang untuk meramalkan gerakan planet-planet lebih mudah menggunakan teori Heliosentris daripada menggunakan teori Geosentris. Tetapi untuk menggambarkan gerakan bulan terhadap bumi, lebih mudah membayang kan bumi diam dan bulan yang berputar mengelilingi bumi. Belakangan diduga bahwa matahari hanya satu bintang dari miliaran bintang yang ada dalam suatu gugusan bintang yang juga disebut galaxy. Matahari sama sekali bukan pusat dari bintang-bintang ini.
Belakangan lagi diduga bahwa galaxy bukan hanya satu tetapi ada miliaran galaxy-galaxy. Galaxy dimana matahari menjadi salah anggotanya disebut juga galaxy Bima Sakti (Milky Way, Melk Weg). Belakangan lagi para astronomer menduga bahwa galaxy-galaxy yang diamati hanyalah satu gugusan galaxy-galaxy (cluster of galaxies). Ada banyak clusters of galaxies lain. Makin canggih teleskop yang dibuat orang, makin banyak didapati clus ters of galaxies ini. Alam semesta ini ternyata jauh lebih besar daripada yang pernah dibayangkan Copernicus atau Galileo. Dan kita belum sampai pada akhir pengamatan. Setiap saat diamati hal-hal baru dalam dunia astronomi. Makin banyak kita tahu mengenai alam semesta ini, makin sadar kita akan yang kita belum tahu. Teori-teori baru dikemukakan dan teori-teori lama bertumbangan.
Sesungguhnya kalau teori Geosentris dianggap salah, maka teori Heliosentris juga sama salahnya. Tidak ada alasan apapun untuk menganggap bahwa bumi atau matahari adalah pusat alam semesta. Untuk menggambarkan gerakan bulan atau satelit buatan terhadap bumi, paling logis ialah menganggap bahwa bumi diam dan bulan yang mengelilingi bumi. Untuk menggambarkan gerakan planet-planet, paling logis menganggap bahwa matahari diam dan planet-planet berputar mengelilingi matahari. Tetapi untuk menggambarkan gerakan bintang- bintang dalam glaxy Bima Sakti sangat tidak logis untuk mengambil matahari sebagai pusat Bima Sakti. Lebih logis menganggap bahwa ditengah-tengah Bima Sakti ada sumbu imaginair. Semua bintang-bintang dalam gugusan Bima Sakti berputar mengelilingi sumbu imaginair ini. Tetapi untuk menggamparkan gerakan galaxy-galaxy dalam cluster of galaxies, tidak logis mengambil sumbu imaginair ini. Mungkin haru diambil sumbu imaginair lain yang lebih besar. Dan sebagainya dan sebagainya.
Jadi sesungguhnya baik Luther/komite inkwisisi maupun Copernicus/ Galileo sama benarnya atau sama salahnya. Pertengkaran antara Heliosentris dan Geosentris hanyalah ribut-ribut mengenai tidak apa-apa (much ado about nothing). Teori Heliosentris sama benarnya atau sama salahnya dengan teori Geosentris. Kebenaran atau kesalahan mereka hanya relatip. Astronomipun masih berkembang terus. Apa yang dianggap "benar" suatu saat, dapat dianggap "salah" pada saat yang lain, dan sebaliknya.
Mungkin suatu saat orang kembali akan menganggap teori Geosentris lebih memuaskan daripada teori-teori lain. Suatu indikasi kearah itu ialah : "Apakah pikiran manusia ada dalam alam semesta atau alam semesta ada dalam pikiran manusia? Filsuf Berkeley mengatakan alam semesta hanya ada dalam pikiran. Kalau ini benar, maka dimana ada manusia, disitulah pusat alam semesta. Tetapi mengenai ini mungkin kita akan bahas lebih dalam lain kali. Yang sudah lewat tidak dapat diperbaiki lagi. Yang dapat ialah mari kita belajar dari peristiwa ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktop